Jumat, 08 Juli 2011

VSC DRAGBIKE ’11 JOGJA


Perkembangan balapan matik dua tahun belakangan menarik dicermati. Tidak hanya di cabang road race, juga balap karapan alias dragbike. Bahkan, di negeri Thailandpun, kelas matik dipastikan menjadi kategori yang paling diminati dengan sajian berbagai kelas (berdasar kapasitas cc dan bodi). Hanya saja di Indonesia memang belum sampai seperti itu.


Setiap daerah ataupun pomotor cenderung punya trend masing-masing. Catatan otre, dalam dua kompetisi yang baru berjalan (Purworejo & Jogjakarta) terbukti tidak hadir Matik FFA s/d 400 cc yang diklaim paling bergengsi dari konteks limit silinder, rangka bebas hingga output catatan waktu yang bermain di level 7 detik untuk menu lintasan 201 meter.

Pada sisi lain, area Jatim kerap menampilkan pula Matik s/d 130 cc, selain memang Matik s/d 250 cc. Dipahami lebih lanjut, maka Matik FFA s/d 250 cc diprediksi akan menjadi kelas favorit. Demikian berdasarkan pada konsistensi di berbagai daerah dengan jumlah peserta yang stabil, selain juga segi biaya membangun pacuan yang lebih bersahabat.

Terbukti nyata di VSC Dragbike 2011 yang diramaikan 20 dragster dari total 310 petarung dan diselenggarakan di sirkuit Jalan Timur Maguwoharjo, Sleman, Jogjakarta Minggu lalu (13/2).
“Intinya tetap dengan regulasi rangka standar. Sasis almu apalagi titanium harus dilarang. Ini yang sangat penting untuk menekan biaya tim,“ tukas Drs. Nadjib M Saleh, promotor dari Venture Sport Club Jogjakarta.

Mengenai perkiraan biaya untuk menciptakan kudapacu kompetitif berbasic Mio yang notabene menjadi pilihan umum sekitar Rp. 10-15 juta. Budget ini sudah termasuk tahapan riset.
Adapun, part yang banyak ditebus mekanik sehubungan setting mesin mulai piston Tiger (oversize hingga 250) untuk langkah bore-up, karbu PE 28 dan CDI Fino.

Untuk langkah pembesaran kapasitas mesin memang tidak berlaku mutlak dengan piston Tiger.
Isu yang beredar, kiliker Pele asal Solo (Pells Iblis Kedip) sedang fokus dengan test-case langkah panjang hingga 74 mm (piston 58 mm). Tergolong tidak seperti biasanya. Soal volume silinder dapat mencapai 195 cc.

“Yang banyak memakan dana ialah riset headcylinder, camshaft, piston dan fast moving, “terang Yudha Prasetya, owner tim Erdece Dha's Klaten yang diam-diam sedang meriset kudabesi transmisi otomatis ini.

Sebagai pembanding dengan tingkatan diatasnya Matik FFA s/d 400 cc dijamin melebihi angka 50 juta. Inipun sebagian besar atau malah keseluruhan pacuan yang ada di Indonesai dalam kelas tersebut merupakan impor dari Thailand.   “So, Matik FFA s/d 250 cc (sasis original) akan menjadi favorit kelas matik. Catatan waktunyapun sudah mencapai  kisaran 7,8 hingga 8 detik, “serentak trio joki senior, Eko Chodox, Antonius Petruk dan David Kancil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar